Secara umum, studi ilmu sosial lebih sering menggunakan metode penelitian kualitatif akibat kesulitan dalam menerapkan metode kuantitatif, yang sering dianggap lebih kompleks. Selain itu, ketidakakraban dengan statistik menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan banyak mahasiswa menghindari penggunaan metode kuantitatif.
Namun, perkembangan teknologi aplikasi yang pesat telah membawa perubahan signifikan dalam dunia penelitian. Pada tahun 1968, seorang profesor di bidang ilmu politik dari Universitas Stanford, Norman Nie, bersama Hadlai Hull, meluncurkan SPSS (Statistical Package for Social Sciences), sebuah perangkat lunak yang memungkinkan penerapan metode kuantitatif dalam penelitian ilmu sosial. Dengan hadirnya SPSS, para peneliti di bidang ilmu sosial kini dapat melakukan penelitian kuantitatif tanpa harus menghadapi kesulitan yang terkait dengan analisis statistik. Hal ini membuka peluang bagi peneliti ilmu sosial untuk menggabungkan metode kualitatif dengan metode kuantitatif, sehingga menghasilkan penelitian yang lebih komprehensif.